You are currently viewing Prosa dan Fiksi dalam Penulisan Cerita Rakyat

Prosa dan Fiksi dalam Penulisan Cerita Rakyat

(Last Updated On: 13 January 2016)

Semua cerita rakyat adalah fiksi berbentuk prosa. Antonim fiksi non fiksi. Antonim prosa adalah puisi. Prosa tidak harus berupa fiksi, sebaliknya karya fiksi juga tidak harus berbentuk prosa. Bentuk prosa digunakan secara luas justru dalam penulisan karya non fiksi, baik berisi ilmu pengetahuan, maupun dalam dunia jurnalistik. Berita, feature, artikel, esai, tulisan ilmiah, semua harus berbentuk prosa. Tidak pernah ada berita, ditulis dalam bentuk puisi, atau naskah drama. Dalam kamus Bahasa Inggris secara tegas disebutkan bahwa prosa bisa berupa karya tulis, atau lisan, yang disampaikan tanpa rhyme (rima, pengulangan bunyi) or meter (matra, irama). Berikut definisi prosa secara lengkap:

Prosa (prose), KBBI: karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat di puisi); English Dictionary: the ordinary form of writen or spoken language, without rhyme or meter, speech or writing, sometimes, specif, nonfictional writing, that is not poetry.

Karena bukan berbentuk puisi dan naskah drama, maka prosa selalu ditulis berupa kalimat-kalimat yang dikelompokkan dalam paragraf. Selain itu faktor retorika (bentuk penyampaian) juga menjadi sangat dominan dan menentukan. Retorika dalam ilmu bahasa adalah: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kalau mau lebih banyak lagi bisa ditambah dengan konfrontasi, agitasi dan lain-lain. Dalam penulisan cerita rakyat, cerita pendek, dan feature; narasi dan deskripsi menjadi lebih utama dibanding dengan eksposisi dan argumentasi. Dalam penulisan artikel, esai, dan tulisan ilmiah; eskposisi dan argumentasi merupakan bagian terbesar dari keseluruhan tulisan.

Cerita rakyat selalu berbentuk fisksi. Yang dimaksud dengan bentuk fiksi, tidak berarti bahwa keseluruhan karya itu berupa imajinasi. Karya fiksi berbentuk prosa, misalnya cerita rakyat, cerita pendek, novel dan roman; berisi unsur utama tokoh, plot (alur cerita), dan setting (latar). Sebuah tulisan disebut fiksi, apabila ada satu tokoh fiktiv. Misalnya cerita tentang Revolusi Indonesia tahun 1945 – 1949. Revolusi Indonesia bukan fiksi, melainkan fakta nyata. Di sana ada tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Jenderal Sudirman, Sultan HB IX, Mayor Soeharto dll. yang semuanya juga fakta nyata, bukan fiksi. Setting cerita bisa diambil di Yogyakarta dan sekitarnya, yang juga berdasarkan fakta nyata. Akan tetapi apabila ada satu tokoh, misalnya bernama Temon dalam Film Janur Kuning, karya itu sudah dianggap fiksi. Berikut definisi fiksi:

BACA   Paket Monetize Web Dengan Google Adsense

Fiksi (fiction), KBBI: 1 cerita rekaan (roman, novel, dsb); 2 rekaan ; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan. Eanglish Dictionary: 1 a making up of imaginary happenings, feigning 2 anything made up or imagined, as a statemannt, story, etc. 3 a) literary naratives , novels, and short stories b) a naratives of this kind 4 something accepted as fact for the sake af convenience, although not necessaryly true.

Pada dekade 1980 dan 1990an, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Pendidikan Nasional); menyelenggarakan lomba penulisan karya “ilmiah populer” bagi para murid dan guru. Dalam pengantar pengumuman lomba tersebut, tertulis kalimat yang maknanya kurang-lebih demikian: “Agar tulisan berisi paparan ilmiah atau teknis ini tidak kering dan membosankan (agar lebih enak dibaca), sebaiknya diberi tokoh sebagai pelaku.” Apabila tokoh ini kongkrit berupa pelaku langsung hasil penelitian atau pengamatan, maka tulisan tersebut tetap dikategorikan sebagai non fiksi. Akan tetapi, sebagian besar peserta lomba, manciptakan tokoh fiksi dalam karya mereka; dan Panitia Lomba tetap mengkategorikannya sebagai karya non fiksi.

Dalam penulisan cerita rakyat, kita tidak perlu terlalu pusing memikirkan tokoh, alur dasar cerita, serta setting kejadian. Sebab itu semua sudah ada dalam cerita rakyat. Tugas penulis tinggal merangkainya menjadi narasi yang menarik, disertai dengan diskripsi tokoh serta setting yang detil, dengan paparan tentang karakter tokoh utama atau lawan tokoh utama. Hingga sebenarnya menulis cerita rakyat hanya sekadar “kerajinan tangan” tanpa perlu susah payah menciptakan tiga pilar utama fiksi prosa: tokoh, plot, dan setting. Meskipun demikian, tetap diperlukan ketelitian, kecermatan, juga kreativitas agar cerita rakyat yang kita sajikan menjadi lebih hidup dari sebelumnya.

Sumber: Diknas

Visikata

Sekolah Online Visikata: Belajar Menulis Online, Pelatihan Penulisan Online, Membuat Web Bisnis

Leave a Reply