Catatan Kecil Tentang Dunia Penulisan

Oleh Sayuri Yosiana (*)

Sayuri Yosiana
Sayuri Yosiana

Satu hal terpenting dalam membuat sebuah karya tulis adalah , lapang dada menerima segala bentuk apresiasi pembaca. Karena bukankah “sebuah karya bila sudah dilempar ke publik berarti karya tersebut sudah bukan milik kita lagi?” (kutipan). Karya yang kita lempar itu sudah jadi milik pembaca. Kita hanya sebagai penulisnya. Dan semua orang yang sudah terjun didunia tulis-menulis baik yang merasa sebagai pemula seperti saya, maupun yang sudah senior seperti para sastrawan kita tentulah sudah faham akan hal ini. Dan karenanyalah tak heran dunia penulisan kadang sangat ramai. Dimana kita temui sebuah karya menjadi sasaran tembak para pembaca dengan kritikan pedas sampai halus. Atau sebuah karya yang menjadi pujian banyak orang karena isinya yang menarik,, gaya penulisannya yang enak dibaca atau karena penulisnya yang memang sedang disorot.

Sangat menarik mengamati perkembangan dunia tulis-menulis. Disanalah segala bentuk tulisan tercipta dengan segala bentuk gaya dan thema yang diangkat , dari mulai hanya sekedar curahan hati yang menyenangkan, menyedihkan, membosankan, menakutkan, menjengkelkan sampai mengherankan. Kita semua sebagai pembaca tentu pernah merasakan hal itu saat membaca karya orang lain di media seperti facebook, maupun media lainnya diluar facebook.

Tentu tak semua mampu memahami bahwa setiap tulisan belum tentu berdasarkan pengalaman pribadi sipenulis. Karena penulis adalah manusia yang juga bersosialisasi pada sekitarnya. Lingkungan rumah seperti keluarga, teman-teman , keluarga besar sampai masyarakat luas. Dan tentunya semua itu bisa menjadi inspirasi bagi penulis untuk mengangkatnya sebagai tema tulisan.

Salah satu bentuk tulisan yang bisa disalah artikan oleh pembaca, biasanya bentuk tulisan yang bersifat pribadi. Pengalaman pribadi biasanya ditulis oleh mereka yang baru belajar untuk menuangkan fikiran kedalam bentuk tulisan. Karena belum pengalaman menulis berbagai tema, tentulah hal yang lumrah penulis pemula memilih untuk mencoba menceritakan hal-hal yang lebih dekat dengan dunianya sendiri. Ini adalah semacam titik awal bagi seorang penulis untuk lebih mudah menuangkan isi fikirannya.Karena hal ini lebih memudahkannya dalam merangkai kata menjadi kalimat untuk kemudian menjadi sebuah karya yang utuh.

Adalah hal yang biasa penulis sering mendapat kritik bahwa tulisannya kurang mutu, gaya menulisnya tidak sesuai standar teknis penulisan yang semestinya. Dan tak luput direspon mungkin adalah thema yang diangkat.

Saya sendiri berusaha untuk mencoba mengangkat berbagai tema. Dari mulia essay yang bersifat umum, atau yang sedikit berbau sosial atau politik, hingga pengalaman pribadi dan pengalaman beberapa teman baik dan keluarga.

Bagi saya menulis dengan berbagai thema sangat mengandung resiko sekaligus menarik. Disini saya bisa mengasah sejauh mana pengetahuan kita memandang suatu masalah.Dan sejauh apa kita mampu mengangakat masalah itu menjadi sesuatu hal yang menarik sekaligus inspiratif. Termasuk bila terjadi suatu diskusi menarik dikalangan pembacanya. Saya sendiri biasanya baru berani mengangkat tema yang sederhana. Yang tidak terlalu berat. Dan biasanya saya tulis dalam gaya penulisan yang ringan sebatas kemampuan saya sebagai penulis pemula. Karena cukup berat bagi saya untuk terlalu mengeksplor suatu masalah sosial kedalam ruang publik, tanpa didasari data akurat sebagai bahan perbandingan. Apalagi kalau data tersebut diambil dari sebuah sumber.

Biasanya disini memerlukan semacam bahan perbandingan. Contohnya, saat saya mencoba menulis sebuah resensi buku dan film, seorang sahabat yang saya tahu juga pandai menulis meski tak aktif didunia sastra facebook, pernah mengkritik saya lewat wallnya sendiri, seraya menyertakan pula judul tulisan saya yang dia maksud diwallnya itu. Disana dia mempertanyakan semua hal yang dianggapnya tidak dilakukan saya saat menulis resensi tersebut. Termasuk penilaiannya bahwa saya telah melanggar syarat-syarat sebuah penulisan resensi yang baik dan benar. Diantaranya adalah tak adanya data perbandingan yang saya sertakan dalam menulis sebuah resensi. Karena itu penting, menurutnya. Lalu pertanyaan apakah yang saya tulis ini datanya sudah akurat, ataukah sebaiknya melakukan kaji ulang, apa sesuatu yang saya masukan dalam opini itu memang masih terjadi, atau mungkin sudah lewat. Disini saya dianggapnya luput menuliskan opini perbandingan.

Dan lain sebagainya. Kalau tak salah tulisan yang dia masalahkan adalah tentang film, berjudul “ The Final Days” sebuah film Jerman yang saya angkat sedikit kisahnya dalam bentuk resensi. Kisah seorang gadis muda idealis di jaman era NAZI Hitler yang terkena hukuman mati Karena menentang pemerintahan negaranya sendiri. Sang aktifis muda mati di hukum pancung demi pertahankan idealismenya. Sebenarnya saya berharap teman saya itu menulis responnya di note tersebut karena dia saya undang. Saya berharap ada semacam diskusi sedikit, agar terjadi share hingga menjadi pembelajaran bagi semua orang. Namun bagi saya tak masalah dia menulisnya di manapun selama itu tujuannya positif.

Saya sendiri akhirnya menjawabnya lewat pesan didindingnya juga. Bahwa resensi itu saya tulis sesuai dengan yang saya fikirkan. Bahwa saya memang baru pertamakali menulis sebuah resensi buku dan film. Bahwa tentunya ada banyak kekurangan disana sini. Namun tetap saya ingat-ingat semua apa yang menjadi masukaNnya sebagai bahan masukan bagi tulisan saya berikutnya.

Begitu pula dalam menulis cerita anak. Ada banyak kritikan yang masuk di blok visi anak yang ditujukan pada karya saya.. Sebagai penulis saya menjawabnya dengan cermat dan tentunya tidak menelan atau menerima mentah-mentah setiap kritikan yang datang. Melainkan saya jelaskan mengapa saya buat begini dan begitu sesuai yang dipertanyakan. Sebagian saya terima dengan lapang dada, sebagian saya tetap bersikukuh bahwa memang begitulah seharusnya, sesuai dengan pertanyaan dia saat itu. Setiap kritikan dan masukan menurut saya tak harus selalu membuat karya kita menjadi terlihat buruk. Namun juga bukan berarti sudah sempurna. Sebagai penulis, kita tetap punya hak untuk mempertahankan argument kita sendiri mengapa kisahnya begini, atau gaya menulisnya begitu, dan sebagainya. Asal tak lantas menepis semua saran dan kritikan dari orang lain karena merasa sudah sempurna. Meskipun begitu tetap harus ada rasa percaya terhadap karya kita sendiri. Ini mungkin pentingnya otokritik dalam dunia penulisan. Semacam kritik diri. Bahwa ada banyak persepsi dan penafsiran yang idak selalu sama satu sama lain. Semua itu menjadi pembelajaran untuk karya-karya berikutnya. Apapun adanya, yang penting kita sudah berusaha menulisnya sesuai kemapuan kita. Karena bila posisi kita sebagai pembaca, maka kita juga berhak menilai setiap karya orang, Sedangkan sebagai penulis kitapun juga punya hak untuk mempertahankan apa yang sudah kita tulis , bila kita anggap memang begitu seharusnya. Dalam hal ini, argumentasi kita harus kuat tentunya. Tak heran dalam hal ini sering terjadi yang namanya polemik dalam sebuah tulisan. Dan itulah dinamika dalam dunia tulis-menulis. Membaca, mengritik, memuji, mendiamkan, menyemangati, dan bentuk apresiasi lainnya yang adalah hal biasa namun tetap harus disertai rasa rasa tanggung jawab sesuai dengan posisi kita saat itu, apakah sebagai penulis atau pembaca.

Bentuk apresiasi pembaca tentunya tak selalu sama. Ada yang membuat kita tertawa karena merasa lucu, jengkel, bahagia,sedih, bangga, marah, terharu, ataupun malu.Adalah juga resiko bila yang kita tulis seolah adalah semua berdasarkan pengalaman kita sendiri.atau yang sedang kita rasakan sendiri ini oleh para pembaca. Padahal setiap tulisan tidak harus terus berdasarkan pengalaman pribadi, ataupun perasaan yang kita rasakan sendiri.. Tulisan bisa berdasarkan pengamatan kita pada sesuatu hal. Atau bahkan hasil titipan pesan seorang teman kepada kita,atau teman kepada teman lainnya lewat tulisan kita, dan lain sebagainya. Biasanya berawal dari yang sedang dirasakan orang lain yang kebetulan menceritakannya kepada kita.

Dan inilah yang sering saya alami. Saya sering mendapat ide tulisan dari hasil perbincangan dengan beberapa teman baik. Dari mulai pengalaman, fikiran dan perasaanya yang diceritakan lewat obrolan face to face, sms, telpon, chating atau lewat email. Semua ini menjadi kumpulan ide yang saya save tiap hari. Kebetulan saya punya beberapa teman pena yang juga akrab seperti teman di dunia nyata. Dari mulai teman facebook, teman blogger, komunitas tertentu yang saya ikuti, sampai teman sekolah tentunya didunia nyata. Sebagian menjadi sahabat karena kita berteman cukup lama .Saya kadang tertarik dengan pengalaman mereka, tertarik dengan apa yang mereka sedang rasakan dalam suatu masalah. Dan meminta izin apakah bisa saya tulis dalam bentuk prosa, puisi, atau cerpen. Dan itulah yang terjadi. Menulis pengalaman seseorang yang tak hendak orang tahu bahwa itu adalah pengalaman, atau yang sedang mereka rasakan, membuat saya acapkali disalahtafsirkan oleh yang kebetulan membaca tulisan itu. Yang melahirkan beberapa pertanyaan seperti, apakah saya sedang broken heart, atau sedang jatuh cinta atau sedang kecewa dan marah pada seseorang? Atau sedang kangen, gelisah, bahagia, dan sebagainya. Semua penafsiran pembaca ini menarik untuk saya ambil pembelajarannya. Apakah gaya bahasa atau thema yang kita angkat sudah sesuai dengan pribadi kita.

Mengapa bisa demikian? Karena kadang kita merasa tulisan sesorang tak sesuai selera kita karena terlalu begini atau begitu, namun tanpa sadar kita sendiri termasuk dalam lingkaran yang sama. Alias tak jauh dari thema-thema yang juga sudah diangkat orang lain. Dan kalau kita sendiri sudah punya pengalaman menuliskan kisah orang lain, saat membaca sebuah tullisan, biasanya tak langsung menjudge bahwa sang penulis sedang menuliskan pengalaman, fikiran , termasuk perasaannya sendiri. Namun apapun juga, itulah salah satu bentuk apresiasi yang harus kita terima dengan lapang dada. Karena bagaimana mungkin harus selalu menjel;askan bahwa itu bukanlah penggambaran diri kita, melainkan berdasarkan hasil curahan hati orang lain yang kita tulis seolah diri kita sendiri yang sedang bergelung dalam kisah yang kita tuliskan itu.

Namun ada sisi baiknya pula. Karena bukankah sebuah tulisan yang mampu mengangkat emosi pembacanya , ataupun mengecoh pembacanya, bisa dikatakan tulisan yang berhasil? Bisa ya , bisa tidak. Semua tergantung apakah kita dalam hal ini, mampu berfikir secara obyektif, atau cendering subyektif? Semua kembali berpulang pada posisi kita sebagai pembaca saat itu.

Yang jelas bagi saya mengamati apresiasi pembaca, baik terhadap tulisan saya sendiri ataupun tulisannya orang lain sangat menarik. Karena dari sana pula saya bisa mengambil pelajaran. Begitu pula dengan thema yang diangkat orang lain. Terlepas dari hasil pengalamannya sendiri, atau pengalaman orang lain. Itu semua memerlukan pemikiran tersendiri.

Karena menurut saya pribadi, seseorang menulis biasanya :

1.Berdasarkan pengalamannya sendiri yang diambil dari fikiran dan perasaan pribadi dari suatu masalah tertentu , dan ditulisnya dalam bentuk prosa yang sifatnya lebih mendalam.

2. Berdasarkan imajinasinya sendiri. Misalnya penulis yang menuliskan kisah-kisah imajinatif seperti kisah kuda terbang atau semacam kisah anak bernuansa dongeng.

3. Berdasarkan pengalaman orang lain, baik yang diceritakannya langsung, maupun dari hasil curhatan lewat dunia maya. Disini penulis bisa mengganti narasumber sebagai si Aku dalam tulisannya, yang beresiko orang akan menaggapnya itu adalah tentang dirinya. Atau penulis bisa mengganti sang aku menjadi dia. Semua tergantung bagaimana kesepakatan antar penulis dan narasumber yang menginspirasinya untuk menulis kisahnya.

4. Berdasarkan pengalaman pribadi, tapi enggan mengakuinya. Maka penulis tersebut biasanya berkelit seolah itu adalah hasil imajinasinya sendiri yang tak melibatkan emosi siapapun. Atau dengan mengatakannya sebagai kisah nyata tapi berdasarkan pengalaman orang lain, bukan dirinya pribadi.

5. Berdasarkan pengamatan pada suatu masalah tertentu dalam lingkungan sosialnya atau mencakup hal-hal yang lebih luas serta sifatnya lebih umum, seperti tentang negara, lingkungan, kesehatan, bencana, dll.

Ini hanya sebagian dari beberapa hal yang membuat sebuah karya lahir dari seorang penulis. Saya tak sedang berteori ala pengamat sastra . Hanya sekedar pengamatan terbatas dalam menilai apresiasi orang yang membaca tulisan saya, maupun orang lain. sekaligus menjelaskan beberapa penafsiran pembaca karya-karya saya. Serta apa yang biasanya saya alami sebelum melahirkan sebuah karya tulis yang masih sedikit dan belum matang ini. Sebenarnya masih banyak yang ingin sekali saya tullis disini, namun cukup sekian dulu saja. karena keterbatasan pemikiran. Maaf kalau pemaparan saya ini kurang dari segi teknis penulisan, apalagi dari segi pengamatan. Semoga bisa diambil titik pemahamannya masing-masing.…keep writing !

( catatan-catatan jelang akhir tahun)

Jakarta, November 2009

*Sayuri Yosiana adalah Creative Marketing di Visikata Online

1 thought on “Catatan Kecil Tentang Dunia Penulisan”

  1. Pingback: antojournal.com

Leave a Comment